Posted by : Didik Farmasi Tuesday, December 20, 2016



Pembahasan 

Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi dari ion bromat (BrO3). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator kuat. Hanya saja kecepatan reaksinya tidak cukup tinggi. Untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat.
 Metode bromatometri ini terutama digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom substitusi. Metode ini dapat juga digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam bentuk trivalent walaupun tercampur dengan stanum valensi empat. Dalam suasana asam, ion bromat mampu mengoksidasi iodida menjadi iod.
Analisa yang bertujuan untuk pencampuran antara larutan asam dan basa dalam menentukan kadar suatu larutan dikenal dengan proses titrasi. Pada titrasi kali ini, kita akan menetapkan kadar senyawa bedak herocin dan rodeca yang beraksi dengan Brom yang berlebih/titrasi tidak langsung (bromatometri).
Pada percobaan kali ini digunakan beberapa sampel yang akan ditentukan kadarnya yaitu bedak herocin, bedak rodeca dan aquadest dalam percobaan ini aquades berperan sebagai larutan blanko. Pada perlakuan yang pertama yaitu pada sampel herocin yang ditimbang sebanyak 0,02 gram, kemudian ditambahkan dengan 15 ml larutan KBrO3 dan juga HCl sebanyak 2,5 ml, larutan tersebut menjadi warna kuning. Setelah itu ditutup dan dibiarkan selama 15 menit karena bromin yang dibebaskan ini tidak stabil, mempunyai tekanan uap yang tinggi dan mudah menguap, oleh karena itu penetapan dilakukan pada suhu serendah mungkin, serta labu yang dipakai untuk titrasi harus ditutup dan  perlahan-lahan larutan berubah menjadi warna orange, kemudian ditambahkan lagi larutan Kalium Iodida (KI) sebanyak 2,25 ml, setelah itu ditambahkan lagi larutan kloroform sebanyak 2,5 ml, dan 3 pipet larutan kanji, larutan berubah warna menjadi merah kebiruan kemudian dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat. Pada sampel yang lain juga dapat perlakuan yang sama dan volume sampel yang dititrasi juga sama hasilnya. Pada bedak herocin didapatkan volume sebesar 16,5 ml begitu juga pada pada bedak rodeca sebesar 16,5 ml.
Adanya sedikit kelebihan kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion bromat, dan bromin yang dibebaskan dan merubah larutan menjadi warna kuning pucat, warna yang muncul ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir. Berdasarkan reaksi redoks dengan mereaksikan sampel (reduktor) dengan Br2 (oksidator) dan kelebihan Br akan direaksikan dengan KI dan dihasilkan I2 kemudian dititrasi dengan N2S2O3 menggunakan indikator kanji, titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari biru kemerahan menjadi tidak berwarna.
Dalam percobaan ini diperoleh kadar asam salisilat pada bedak herocin sebanyak 2,1869 % begitu juga pada bedak rodeca. Dalam bidang farmasi, asam salisilat banyak diaplikasikan dalam pembuatan obat aspirin. Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya. Selain sebagai obat, asam salisilat juga merupakan hormon bagi tumbuhan sedang kloroform digunakan sebagai anastetikum umum, pengawet dan juga sebagai zat tambahan.

G.      Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa kadar asam salisilat yang terkandung pada bedak rodeca dan bedak herocin sama yaitu sebesar 2,1869 %.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Didikan Farmasi - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -